Arsip untuk Juni, 2010

Odontogenik tumor merupakan tumor pada rahang yang muncul dari jaringan odontogenik (pembentuk gigi). Bagaimana bisa tumor terbentuk? Padahal odontogenesis sudah lama terjadi? Dan kamu sudah dewasa sekarang?

Mari mengingat kembali bahwa ada dua tipe jaringan embrionik yang berperan dalam pembentukan gigi yaitu ektoderm dan ektomesenkim.

Pada awal masa embriogenesis, bakal sel pulpa gigi (ektomesenkim primitif) bermigrasi dari neural crest menuju rahang, lalu menempatkan diri di posisi gigi masing-masing. Yang terjadi selanjutnya adalah, sel-sel tersebut ”memerintahkan” (mengirim sinyal ke lapisan ektoderm) untuk ”menurunkan” sejumlah sel (berupa sel dental lamina) yang di kemudian hari akan menjadi enamel organ. Naahh.. lapisan dalam enamel organ inilah yang nantinya akan menjadi ameloblas yang mampu mensekresikan matriks enamel (Amelogenin adalah protein utama yang ditemukan dalam matriks enamel, gen yang mengkodekan protein ini berada dalam kromosom-X).

Setelah enamel organ tiba di lokasi, sel-sel ektomesenkim yang telah menunggu, merubah diri menjadi sel pulpa gigi. Lalu sel pulpa terluar yang berdekatan dengan ameloblas, berdiferensiasi menjadi odontoblas dan membentuk matriks dentin sembari ameloblas membentuk matriks enamel. Setelah mahkota terbentuk, bagian dalam dan luar enamel organ ”menyemprotkan” dua lapisan selanjutnya (stratum intermedium & stellate reticulum) dan tumbuh ke bawah membentuk struktur silinder (Sheath of Hertwig’s) yang membatasi daerah luar akar gigi.

Jadi perlu diingat bahwa sebuah gigi dibentuk dari 2 tipe jaringan embrionik, yaitu ektoderm dan ektomesenkim. Keajaiban embriogenesis disini adalah ketika jaringan-jaringan yang terlibat di peristiwa pembentukan gigi ini ternyata terprogram secara genetis, sehingga gigi dapat berakar tunggal pada anterior, berakar ganda pada tengah, dan berakar ganda – triplet di posterior rahang.

Poin dari artikel ini adalah untuk mengingat kembali tentang terminologi dan memberi informasi bahwa TIDAK seluruh jaringan ini mengalami apoptosis ketika tugasnya selesai. Sisa-sisa sel odontogenik bisa jadi masih ada di periodontal ligamen dan gingiva untuk selamanya. Di gingiva kita kenal dengan istilah sisa epitel Serres (epitel Rest of Serres), sedangkan di ligamen periodontal dikenal sebagai Rest of Mallasez. Secara pribadi, saya belum mengetahui mengapa sisa-sisa ektomesenkim ini mampu bertahan/tidak dapat hilang dari jaringan mesodermal sekitar. Dari sisa-sisa epitel inilah yang mengawali tumor odontogenik pada manusia dewasa. Ada pula sumber ketiga, yaitu epitel enamel sisa yang membungkus mahkota gigi yang belum erupsi.

Sekarang tinjau AMELOBLASTOMA..

Apakah itu? Ya benar.. ameloblastoma adalah tumor odontogenik yang mana sel-selnya menyerupai enamel organ dan beberapa menyerupai ameloblas, akan tetapi sel-sel tersebut tidak mampu membuat matriks enamel. Tumor jenis ini biasanya terjadi pada usia pertengahan masa hidup manusia, jauh setelah proses odontogenesis selesai.

Pencetusnya dimungkinkan terdapat bahan karsinogenik yang mampu mengkonversi sebuah sel pada salah satu Epithel Rest untuk berubah menjadi sel tumor.

Perlu diingat, bahwa sel tumor selalu menyerupai jaringan dimana ia tumbuh. Sel-sel sisa epitel Mallasez dan Serres pada suatu saat akan mampu berubah menjadi ameloblas, jadi tidak mengherankan jika sel tumor menyerupai ameloblas.

Poin dari tumor ini adalah, tumor ini tidak berkapsul, mampu menginfiltrasi disekitar bone marrow (secara lokal), tidak metastasis, bisa terjadi pada seluruh bagian rahang, terbanyak pada regio mandibula bagian tengah dan belakang. Unilokular namun jika berkembang, bisa menjadi multilokular.

Ameloblastoma yang muncul dari sisa epitel Mallasez muncul sebagai intrabony tumor, cukup jarang ameloblastoma yang muncul dari sisa epitel Serres.

Semoga bermanfaat.

Terima Kasih!

Jangan berhenti belajar, anak bangsa!

Salam Sejawat.

Mukokel : Ekstravasasi mukus ke dalam / sekitar jaringan lunak. Merupakan hasil dari trauma saluran kelenjar liur minor dapat juga dikategorikan sebagai fenomena retensi mukus.

Patofisiologi : Ekstravasasi mukus ke jaringan lunak sekitar karena trauma, penyebab lain dapat berupa ruptur struktur asinar (struktur yang berbentuk saccus dalam kelenjar liur, berukuran kecil, dan dikelilingi sel sekretori) dikarenakan naiknya tekanan akibat adanya obstruksi saluran kelenjar liur. Trauma yang mengenai sel parenkim kelenjar dalam lobulus kelenjar liur pun bisa juga menjadi penyebab.

Studi Terkini Menghasilkan : Adanya kenaikan level matriks metaloprotein, TNF-a, kolagenase tipe IV, dan aktivator plasminogen dalam mukokel dibandingkan dalam whole saliva. Faktor-faktor ini dihipotesiskan mampu meningkatkan akumulasi enzim proteolitik yang menyebabkan karakter invasif pada mukus yang mengalami ekstravasasi.

Mukokel non simtomatis (relatif), onset cepat, dan berkembang secara fluktuatif pada ukurannya. Membesar/mengecilnya mukokel disebabkan oleh jumlah mukus yang terekstravasasi dan ter-resorpsi.

Mukokel Superfisial : Berupa vesikel kecil berisi cairan (bisa pada soft palate, retromolar pad, mukosa bukal posterior, mukosa labial bawah). Ruptur spontan, dan biasanya menjadi ulser yang akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Klinis : Kenyal, mudah digerakkan, jika membesar bentuknya seperti kubah, dengan epitel yang melekat di permukaannya, lesi superfisial berwarna biru keabuan, jika lesi lebih dalam berwarna sama seperti mukosa. Perdarahan yang terjadi ke dalam membuat warnanya menjadi merah terang & terlihat ada vaskularisasi. Garis/batas mukosanya intak, namun jika sering dihisap-hisap warnanya berubah menjadi putih dengan permukaan yang kasar dan keratotik. Palpasi terasa fluktuasi massa yang tidak pucat ketika ditekan. Tidak ada reaksi radang kecuali mengalami iritasi di sekitarnya.

Penyebab : Seringkali terjadi pada kelenjar liur minor bibir bawah. MEKANISME : Tergigit! (crush type injury), kebiasaan menggigit-gigit bibir, fibrosis sel ekskretoris, operasi, trauma akibat intubasi oral, sialolithiasis kelenjar liur minor (jarang). Mukokel bisa memiliki karakter yang hampir sama dengan :

  • Neoplasia oral (kelenjar liur) beningna / maligna
  • Hemangioma
  • Lymphangioma
  • Venous Varix
  • Lipoma
  • Soft Irritation Fibroma
  • Oral Lymphoepithelial Cyst
  • Gingival Cyst
  • Abses kelenjar lunak
  • Cysticercosis (infeksi parasit)

Mukokel superfisial bisa misdiagnosa dengan cicatrical pemphigoid, lichen planus bulosa, ulser aftosa minor. Prosedur Perawatan : Eksisi berikut saluran kelenjar liur yang terlibat disekitarnya.

HPA : Dinding kavitas tidak dilapisi epitel, dan digolongkan pseudocyst. Pseudocyst dindingnya terdiri dari jaringan granulasi dan fibroblast, proloferasi pembuluh darah kecil, dan campuran komponen radang akut & kronis.

Prognosis : Baik, jika eksisi mengikutkan jaringan sehat (saluran kelenjar liur minor sekitarnya), mukokel superfisial relatif kambuh secara periodik. Selalu kirim hasil biopsi ke laboratorium PA untuk mencari apa ada kecenderungan ke cystadenoma atau mucoepidermoid carcinoma.

Courtesy :
Catherine M. Flaitz, DDS, MS (Diplomate/Fellow)
Professor
UT- Houston Dental Branch
Department of Diagnostic Sciences
6516 MD Anderson Blvd.
Pm 3, 094 Rm 3 094 H
Houston, TX 77030-3402
USA
Phone: (713) 500-4420
Fax: (713) 500-4416
catherine.m.flaitz@uth.tmc.edu

Terima Kasih!

Jangan berhenti belajar, anak bangsa!

Salam Sejawat.

Seperti yang sudah dibahas pada materi sebelumnya, bahwa pola penyebaran abses dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu  virulensi bakteri, ketahanan jaringan, dan perlekatan otot. Virulensi bakteri yang tinggi mampu menyebabkan bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah, ketahanan jaringan sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan mudah dirusak, sedangkan perlekatan otot mempengaruhi arah gerak pus.

Dalam skema yang ada dibawah ini, mari kita mencoba membayangkan bahwa cavum oris manusia adalah sebuah peta perjalanan, dimana kita pasti akan bertemu pertigaan, perempatan, lampu merah, dan rambu lalu lintas lainnya. Lalu apa korelasinya? Yaitu bahwa “peta” yang saya buat di bawah ini adalah prakiraan logis tentang lokasi abses, darimana arah pus, akan kemana, dan kira-kira akan menjadi kondisi seperti apa. Mari membahasnya!

Apabila terjadi sebuah kondisi abses periapikal pada sebuah gigi yang mengalami proses infeksi, maka pada prinsipnya, pus yang terkandung harus dikeluarkan, namun jika tidak dikeluarkan, maka ia pun dapat mencari jalan keluar sendiri, eits… tunggu dulu… jangan berasumsi “kalau gitu dibiarin aja!”, karena pada proses perjalanannya, pasti sakit… dengan intensitas yang berbeda di tiap individu.

Kali ini, kita membayangkan jika abses periapikal tidak dirawat dengan baik agar dapat terdrainase, tentunya pus masih akan berkutat di regio periapikal. Seperti yang sempat disebutkan diatas tadi, sesuai dengan pola penyebaran abses yang dipengaruhi oleh 3 kondisi :

  1. Virulensi bakteri,
  2. Ketahanan jaringan,
  3. dan perlekatan otot.

Kondisi-kondisi yang tertulis di bawah ini adalah berkaitan dengan poin ke-2 dan ke-3, karena ketahanan jaringan dan letak perlekatan otot mempengaruhi sampai dimana arah gerak pus. Dengan adanya faktor-faktor tersebut,  maka akan tercipta kondisi-kondisi seperti yang tertera pada gambar, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku :

a. Abses Submukosa (Submucous Abscess)

Disebut “submukosa” karena memang dikarenakan pus terletak dibawah lapisan mukosa, akan tetapi, jika berbeda tempat, berbeda pula namanya. Ada 4 huruf “a” yang tertera pada gambar, kesemuanya merupakan abses submukosa, namun untuk yang terletak di palatal, disebut sebagai Abses Palatal (Palatal Abscess).  Yang terletak tepat dibawah lidah dan diatas (superior dari) perlekatan otot Mylohyoid disebut abses Sublingual (Sublingual Abscess). Yang terletak di sebelah bukal gigi disebut dengan Abses vestibular, kadangkala sering terjadi salah diagnosa karena letak dan secara klinis terlihat seperti Abses Bukal (Buccal Space Abscess), akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

b. Abses Bukal (Buccal Space Abscess)

Abses Bukal (Buccal Space Abscess) dan Abses Vestibular kadang terlihat membingungkan keadaan klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

c.  Abses Submandibular (Submandibular Abscess)

Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui inferior (dibawah) perlekatan otot Mylohyoid dan masih diatas (superior) otot Platysma.

d. Abses Perimandibular

Kondisi ini unik dan khas , karena pada klinisnya akan ditemukan tidak terabanya tepian body of Mandible, karena pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga terasa pembesaran di region tepi mandibula.

e. Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)

Sesuai namanya, abses ini terletak tepat dibawah lapisan kulit (subkutan). Ditandai dengan terlihat jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat mengkilap di regio yang mengalami pembesaran, dan merupakan tahap terluar dari seluruh perjalanan abses. Biasanya jika dibiarkan, akan terdrainase spontan, namun disarankan untuk melakukan insisi untuk drainase sebagai perawatan definitifnya.

f. Sinusitis Maksilaris

Sebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang lumayan ekstrim, karena letak akar palatal gigi molar biasanya berdekatan dengan dasar sinus maksilaris, maka jika terjadi infeksi pada periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak tertangani dari awal, maka penjalran infeksi dimungkinkan akan berlanjut ke rongga sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi sinusitis.

Dari penjelasan mengenai tata letak persebaran abses ini, saya bertujuan membuka jalur berpikir kita, bahwa pola perjalanan ini bisa dilogika, bisa dipahami, dan bisa diprediksi, darimana asal absesnya.. akan kemana setelah ini.. kapan seharusnya mulai melakukan tindakan.. tindakan apa yang tepat jika di lokasi tertentu.. semua merupakan kesatuan yang logis.  Jadi pesan saya adalah.. teruslah memahami setiap permasalahan secara teratur, dan kita akan menemukan solusinya. Semoga bermanfaat.

Terima Kasih!

Jangan berhenti belajar, anak bangsa!

Salam Sejawat.

Indonesiandentists adalah wadah untuk komunitas kesehatan gigi dan mulut untuk berbagi dalam ranah keprofesiannya maupun diluar ranah tersebut. Karena disadari atau tidak, kondisi global saat ini membutuhkan pemikir dan penggerak yang berasal dari segala lini kehidupan, tidak menutup harapan bagi seorang profesor, doktor, dokter, mahasiswa, atau bahkan karyawan yang berkecimpung di dunia kesehatan gigi dan mulut menuangkan idenya bagi kesejahteraan dan masa depan bangsa Indonesia tercinta.

Indonesiandentists didirikan di Surabaya pada tanggal 24 Agustus 2008 oleh beberapa mahasiswa kedokteran gigi yang senang saling mengutarakan idenya tentang dunia di sela-sela kesibukan kliniknya seperti pada umumnya mahasiswa kedokteran gigi. Saat itu mereka terinspirasi akan hembusan isu global warming yang hingga kini terkesan hanya hembusan saja, karena belum satupun tindakan nyata yang dapat diberikan melalui bidang keprofesian mereka.

Pernahkah anda berpikir kemanakah ujung tajam disposable syringe bekas penghasil Mercedes Benz yang teronggok di halaman parkir rumah? Sarung tangan latex bekas operasi di klinik atau rumah sakit yang menjadi mainan anak-anak di TPS? Ataukah lintingan kertas yang anda bakar dan hisap sepulang klinik dapat membuat anda berkeringat deras di pagi hari? Akankah tanggung jawab kita berhenti seketika pasien menyerahkan lembaran-lembaran rupiah pada anda?

Suara-suara nyaring “stop global warming” dengan lantangnya selalu diteriakkan dari hari ke hari oleh pembawa acara salah satu stasiun musik terkemuka di dunia, pemberitaan banyaknya titik api di hutan Kalimantan semakin sering terdengar, pembakaran pasar tradisional yang di kemudian hari dibangun kembali menjadi pasar modern juga lazim rasanya. Kenyataannya? Suhu bumi tetap naik. Es kutub utara tetap mencair dengan cepat. Anak dan cucu kita akan tinggal di atas pohon atau mencoba bernafas di Mars. Mungkin saja. Karena apa yang bisa dilakukan selama ini tak lebih dari “bersuara”.

Sekelumit petikan diatas mungkin kurang menggugah anda untuk memaknai, sebenarnya apa peran kita sebagai klinisi kesehatan gigi dan mulut dalam mencegah pemanasan global? Perlu disadari bahwa konsumsi selalu menghasilkan residu, klinik anda selalu mengkonsumsi cotton roll yang kemungkinan besar mengandung virus hepatitis setelah pemakaian, sarung tangan latex yang pasti bersimbah darah setelah ekstraksi dan operasi selesai (anda paling tahu tentang apa-apa yang dapat tertular ke orang lain melalui darah tersebut), larutan anestesi dan bahan tambal yang bersifat toksik dan tidak bisa didegradasi oleh tanah, belum lagi disposable syringe yang menjadi kambing hitam persebaran HIV, selama ini selalu pengguna narkoba yang disebut-sebut penyebar virus horizontal atas penggunaan jarum bergantian, tapi sadarkah anda bahwa andapun bisa menjadi penyebab anak kecil pemungut barang bekas di TPS menderita AIDS? Inilah residu klinik kita. Sudahkah anda mengelola sampah medis anda dengan baik dan benar?

Anda yang paling tahu sejauh mana kepedulian anda terhadap hal –hal kecil seperti ini. Memang tidak secara langsung berperan pada reduksi pemanasan global, tapi setidaknya kita dapat belajar untuk menjaga umat manusia di masa depan (yang mungkin pasti akan menerima hasil dari ulah kita) dari ancaman yang sebenarnya datang dari manusia sendiri, sampah yang tidak dikelola dengan baik, pencemaran air tanah oleh produk kimiawi, tumbuhnya sel-sel kanker di tubuh pasien karena paparan sinar ronsen berulang dan zat karsinogenik lain atas ketidakbijakan tata laksana klinik, serta banyak potensi buruk kita bila hal sekecil ini tidak diindahkan.

Adalah bijak untuk kita untuk tidak merusak (lagi) komponen bumi, saat ini bumi sudah rusak dan menunggu waktu kematiannya, perlukah kita mempercepat waktu kematiannya? Dengan ketidakpedulian kita terhadap sesama? Dengan pengelolaan sampah medis kita yang seadanya? Dengan Standard Operating Procedure yang ada?

Melalui forum ini diharapkan kontribusi dari guru, rekan, sejawat kesehatan gigi dan mulut yang merasa bertanggung jawab atas keprofesiannya untuk dapat saling bertukar ide, pendapat, bahkan solusi atas permasalahan yang nyata namun kronis ini.

Karena kita adalah insan kesehatan yang bertanggung jawab atas keprofesian dan perbuatan kita.

Ilustrator : Gilang Rasuna

Biro Desain : KamarDesain Indonesia

poster expo 2

Ilustrator : Gilang Rasuna

Storyboard : Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Biro Desain : KamarDesain Indonesia

poster expo

Ilustrator : Gilang Rasuna

Storyboard : Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Biro Desain : KamarDesain Indonesia